ARIKEL
EQ DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Suharsono, S.Pd., M.Pd.
ABSTRACT
Efforts to improve the education and school system in order to increase the quality of teaching and learning process are currently being intensively carried out. Parties who care about the progress of education use various methods and ways to achieve their goals. The success or failure of an organization or institution is largely determined by the leadership of a leader. With good emotional intelligence (EQ), a leader can establish good and harmonious relationships with his subordinates
Keywords: education, leadership, emotional intelligence
ABSTRAK
Usaha-usaha perbaikan sistem pendidikan dan sistem sekolah untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran sekarang ini sedang gencar dilakukan. Berbagai pihak yang peduli terhadap kemajuan pendidikan bergerak dengan berbagai metode dan cara untuk mencapi tujuan. Keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi atau lembaga sangat ditentukan oleh kepemimpinan seorang pemimpin.Dengan kecerdasan emosional (EQ) yang baik akan membuat seorang pemimpin dapat menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan bawahannya.
Kata Kunci: Pendidikan, kepemimpinan, emotional intelligence
PENDAHULUAN
Usaha-usaha perbaikan sistem pendidikan dan sistem sekolah untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran sekarang ini sedang gencar dilakukan. Mulai dari peningkatan mutu pendidikan, perbaikan sarana dan prasarana sekolah, mengembangkan metode pembelajaran dan pengajaran yang inovatif, mengembangkan kurikulum hingga meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru.
Keberhasilan implementasi usaha perbaikan tersebut bergantung kepada kepemimpinan sekolah. Salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk dapat mencapai keberhasilan organisasi adalah memiliki kecerdasan emosional (Emotional Quotient) yang baik. Dengan kecerdasan emosional yang baik, seorang pemimpin akan dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan bawahannya sehingga segala program yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Oleh karena itu, di dalam makalah yang sederhana ini akan dibahas mengenai Emotional Quotient (EQ) dalam kepemimpinan pendidikan.
PEMBAHASAN
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah dietapkan.
Ada tiga teori atau pendekatan kepemimpinan yaitu pendekatan sifat-sifat kepemimpinan, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional.
1. Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan
Pendekatan teori ini lebih menekankan pada atribut-atribut atau ciri-ciri pribadi yang dimiliki seorang pemimpin.
2. Pendekatan perilaku (Behaviour Approach)
Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati atau yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifa-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya.
3. Pendekatan situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuatan, sikap, dan persepsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin
Menurut H. Jodeph Reitz sebagaimana dikutip oleh Zamroni & Umiarso, faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin antara lain sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality)
2. Penghargaan dan perilaku atasan
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan
4. Kebutuhan tugas
5. Iklim dan kebijakan organisasi
6. Harapan dan perilaku rekan
Pengertian Emotional Quotient (EQ
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dengan baik pada dirinya sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Fungsi EQ dalam kepemimpinan pendidikan
Sebagai sebuah sistem yang komplek, emosi memainkan peranan yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Ada beberapa alasan yang menjadikan emosi menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia.
1. Survival (kelangsungan hidup)
Alam telah mengembangkan emosi-emosi manusia dalam evolusi jutaan tahun. Sebagai hasilnya, emosi-emosi tersebut mempunyai potensi untuk membantu manusia menjadi sebuah sistem yang memberikan petunjuk bagi masalah yang bersifat internal yang sulit dan kompleks.
2. Decision making (pengambilan keputusan)
Emosi-emosi manusia merupakan sumber informasi yang sangat berharga. Hal ini dikarenakan emosi-emosi tersebut membantu manusia dalam mengambil keputusan.
4. Boundary setting (penentuan batasan)
Ketika seseorang merasa tidak nyaman dengan perilaku orang lain, maka emosi-emosinya memberikan peringatan kepadanya.
5. Communication (komunikasi)
Emosi-emosi yang ada pada diri manusia akan menganutnya untuk dalam berkomunikasi dengan orang lain.
6. Utility (kesatuan)
Emosi manusia barangkali merupakan sumber potensi yang sangat besar untuk menyatukan seluruh umat manusia.
Menurut Goleman seperti dikutip oleh Fatah Syukur, EQ sebagaimana yang diadopsi dari model yang dikembangkan oleh Salovey dan Mayer mempunyai cakupan lima kemampuan dasar. Lima kemampuan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Self Awarennes (kesadaran diri), yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi, dan menggunakan perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan diri sendiri.
2. Self Regulation (pengaturan diri), yaitu kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kepuasan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
3. Motivasi (motivasi), menggunakan hasrat untuk menuju sasaran, menuntun dan membantu inisiatif dan bertindak sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan frustasi.
4. Empati, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5. Social skill (keterampilan sosial), menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dalam tim.
Karakteristik kepemimpinan EQ
1. Penyingkapan diri
Dapat berbagi perasaan merupakan suatu pertanda kekuatan. Sebagian pemimpin pengekpresian perasaan merupakan tindakan negatif dan akan membatasi kefektifan.
2. Wawasan
Mampu mengenali pola dalam emosi dan reaksi berrati dapat mengenali kecenderungan tertentu, baik positif atau negatif apa yang dirinya lakukan dengan pengetahuan ini akan menentukan tingkatan komitmen terhadap perubahan.
3. Tanggung jawab pribadi
Memberikan wejangan yang memotivasi merupakan cara menaikkan potensi karyawan dan misi organisasi. Bahkan jika tidak ada tindak lanjut pun, cara ini sebetulnya tidak mengurangi kekuasaan. Seorang pemimpin perlu terlibat aktif dan bertanggung jawab terhadap proses pengembangan dan implementasi.
4. Ekpresi
Pernyataan “bukan apa yang anda katakan, tetapi bagaimana anda mengatakan bahwa sesuatu selalu diperhitungkan” memang benar adanya. Apa yang anda katakan bisa membuat perbedaan hubungan antar pribadi. Bentuk ungkapan, derajat empati, dan pertimbangan terhadap seseorang dapat membuat respon orang lain berbeda.
5. Pemegang saham
Pemimpin dengan sikap pemegang saham memberikan anggota berbagi rasa dalam kesuksesan dan tantangan organisasi. Anggota diberikan saham beban untuk merealisasikan misi perusahaan dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan.
ANALISIS
Keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi atau lembaga sangat ditentukan oleh kepemimpinan seorang pemimpin. Kepemimpinan seorang pemimpin dapat berjalan dengan baik, apabila seorang pemimpin mempunyai modal yang baik pula. Salah satu modal yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang baik.
Dengan kecerdasan emosional (EQ) yang baik akan membuat seorang pemimpin dapat menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan bawahannya. Dan dari hubungan yang harmonis antara seorang pemimpin dan bawahannya akan membuat segala program yang ditetapkan dapat terlaksana dengan baik.
KESIMPULAN
Kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah dietapkan
Komentar
Posting Komentar